indas
indas

MASUKKAN NAMA PERGURUAN TINGGI ATAU NAMA KOTA

Kecerdasan Kolektif, Kecerdasan Kolegial, Kecerdasan Sistematik Fungsional, Antara Logika dan Pengetahuan Tumbuh
Artikel
Kecerdasan Kolektif, Kecerdasan Kolegial, Kecerdasan Sistematik Fungsional, Antara Logika dan Pengetahuan Tumbuh
Minggu, 11 Maret 2018 11:39 WIB

Bagi para penikmat keindahan bawah laut barangkali sudah tidak heran lagi melihat berbagai manuver ribuan bahkan puluhan ribu Ikan yang bergerombol dan melakukan berbagai variasi gerakan, antara lain dengan memiringkan tubuh ke suatu sudut tertentu untuk memberikan efek pantul cahaya matahari dari sisik perak mereka. 

 

Tujuannya jelas, menghindari serangan predator. Manuver kolektif kolegial itu bagian dari mekanisme pertahanan komunal. Pertanyaan yang kerap menggema di benak kita adalah bagaimana strategi bernas itu bisa direncanakan dan juga kemudian dilaksanakan dengan sangat kompak, presisi, dan berakurasi tinggi.

 

Bagaimana komunikasi dapat terbangun dari ribuan individu yang tentu dapat saja berbeda persepsi terhadap suatu kondisi ? 

 

Aktivitas kolektif kolegial keluarga Teri atau Stelophorus sp ini jamak dijumpai pada kawanan (schooling) ikan sampai keluarga Aves seperti bebek Demoissele yang bermigrasi dari Siberia ke daratan Asia melalui rangkaian pegunungan Himalaya.

 

Formasi renang dan terbang serta kemampuan "membaca" peta navigasi berbasis geomagnetik bumi sungguh mengagumkan.

 

Yang menarik pada manusia pun strategi dan aktivitas seperti ini juga kerap muncul, meski kadang dalam konteks yang berbeda.

 

Amook massa atau demo besar juga bagian dari "gerakan" sadar yang berangkat dari kesamaan pengetahuan dan pemaknaan terhadap suatu kondisi.


 

Tampaknya memori primordial yang seolah diwariskan melalui mekanisme yang mengintegrasikan aspek biologi dan fisika kuantum punya peran signifikan dalam hal ini.

 

 

 

Kondisi ini menghantarkan kita pada fakta dan hipotesa bahwa memori dan berbagai basis data kognitif (mengingat struktur memori berbeda-beda seperti penggolongan deklaratif dan non deklaratif) dapat diwariskan dan berkelindan dengan mekanisme defensif, pemenuhan kebutuhan, serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan.

 

 

 

Di era kekinian di mana pengalaman inderawi banyak digantikan dengan pengalaman lintas dimensi di dunia maya, di mana aktivitas banyak dilakukan secara proksi (perantara berupa akun) akan lahir homunculus baru berupa makhluk virtual yang nirmateri tapi punya eksistensi.

 

Kecerdasan yang terbangun dari basis informasi akan semakin tidak bertepi.

 

Samudera data melebur semua batas yurisdiksi dan ketidakmungkinan.

 

Penambangan data (data mining) akan menjadi petualangan seru saat menemukan harta karun berupa pola yang jika ditelusuri dan dilabeli dapat menjadi sosok-sosok nyata bernama psikografis dan preferensi subjektif serta pola fraktal yang "terbaca".

 

Di era ini kepastian ala geometri Euclidian akan bertemu dengan pendekatan kalkulus dengan limit dan diferensial yang menjadi krusial untuk mencegah terjadinya fenomena "kelelep" dalam lautan data.

 

Di era ini pula hipotesa Lorentz tentang efek kupu-kupu mulai jelas terpindai oleh sistem yang semakin peka.

 

Di era ini persoalan keberadaan ion kalsium dan perannya dalam melepas neurotransmiter di vesikel sinaptik akan dapat diprediksi dengan sangat rinci.

 

 

 

Sehingga hampir setiap langkah dalam lini masa yang bersifat prospektif akan dapat terpetakan dengan begitu jelasnya.

 

Kesadaran dan ketidaksadaran kolektif yang bersifat autonomous atau yang letupannya kerap dikategorikan sebagai bersifat intuitif mungkin adalah bentuk penafsiran tak disadari dari sebuah situasi yang mungkin sudah pernah dialami dalam pengalaman hidup terdahulu, atau bahkan dari pengalaman hidup para pendahulu, atau dapat juga dari "pengalaman hidup" para zarah alias partikel sub atomik yang menyusun materi.

 

Saat ini konsep deep learning , AI, dan natural linguistic programming telah menempatkan sistem komputasi sebagai miniatur semesta (universe model) yang mampu membangun konsep dan regulasinya sendiri.

 

Sistem komputasi akan mampu mengembangkan kapasitas kognitifnya sampai dapat melahirkan preferensi, bukan sekedar prediksi.

 

Jika kita kembali menyelami hasil riset Donald Hebb yg dikenal sebagai pemrakarsa konsep longterm potentiation /LTP di sinaps sel syaraf, maka memori, sikap, dan perilaku memang tidak terlepas dari proses training yang membiasakan satu sirkuit untuk bekerja secara otomatis.

 

Mekanisme seperti algoritma semut dapat diadopsi di sini. Jaringan syaraf yang terus terpajan impuls akan menjadi lebih reaktif dan lebih sensitif.

 

 

 

Jika impuls syaraf yang menjadi bagian dari mekanisme "training" ini dapat dianalogikan sebagai "tekanan" dan pajanan (exposure) 

dalam proses interaksi sosial maka akan tercipta respon terstruktur yang sistematik, bahkan memiliki skenario prediktif yang dapat digunakan untuk forecasting.

 

Untuk memprakirakan sirkuit apa yang akan terbentuk dalam proses pengambilan keputusan atau kemungkinan pilihan apa yang akan dilakukan seseorang. Secara teoritis dalam ilmu neurosains diketahui bahwa sirkuit pengambilan keputusan sudah terpetakan.

 

Melibatkan sistem limbik, struktur sub kortikal yang mengatur penghargaan dan harapan, serta tentu saja area korteks prefrontal yang bertindak selaku pendeteksi kesalahan dan prosesor fungsi luhur yang membuat seorang manusia mampu bersikap bijaksana.

 

Dalam konteks falsifikasi dan pengambilan simpulan tergesa, besar sekali peran preferensi dalam mempengaruhi proses deduksi, dimana hubungan 2 premis bukan sebab akibat dimaknai saling mempengaruhi.

 

Contoh, gelar sarjana atau pendidikan formal itu tidak penting karena tokoh sukses seperti Bill Gates, pendiri Microsoft, dan Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, tidak menyelesaikan studinya.  

 

Tapi mari kita berpikir dan berhitung dengan basis data yang objektif, berapa banyak tokoh sukses di bidangnya masing2 yang bergelar sarjana ataupun pascasarjana ?

 

Mari kita renungkan kembali kondisi yang terjadi di sekitar kita dan apa yang "menggerakkan" elemen semesta untuk menjalankan berbagai fungsinya secara paripurna ?

 

Dalam bidang komputasi yang saat ini melahirkan konsep deep learning dalam jejaring neural pendekatan matematika diskrit adalah hal mutlak yang harus dipahami. Suatu konsep matematika yang tak berhubungan meski kontinyu.

 

Tepatnya seperti tak berhubungan tapi berkesinambungan. Maka teorema Graf, kompleks algoritma, dan teori himpunan, Boolean, dll adalah upaya kita manusia untuk memetakan model fungsi di alam semesta untuk kita coba replikasi dalam bentuk operasi fungsi yang menghasilkan suatu manfaat.

 

Jika kita mengacu dan mengintegrasikan teori dissipation adapted model dari Jeremy England dan self organizing theory serta teori Chaos Lorentz maka akan terlihat bahwa pola perilaku semesta dan elemen di dalamnya adalah upaya adaptasi secara berkesinambungan.

 

Maka pendekatan diskrit tepat untuk memberikan gambaran kuantitatif dari sebuah proses yang tengah dirancang. Maka memetakan fungsi dan batas2nya, yang dalam konteks ini nyaris tak berbatas, memerlukan pendekatan diferensial. 

 

Bila f(x) adalah fungsi riil, maka limit f saat x mendekati tak hingga adalah L. Jika dan hanya jika untuk semua ε > 0 terdapat S > 0 sedemikian rupa sehingga |f (x) - L| < εbilamana x > S.

 

Limitasi pada ketakberhinggan adalah upaya kita mendapatkan secuplik gambaran fungsi terukur sebagaimana pola dan perilaku makhluk hidup yang disebut swarm behavior.

 

Perilaku kawanan ini bisa jadi merupakan representasi kesadaran kolektif atau bahkan menurut WD Hamilton (1971) adalah "keegoisan kolektif".

 

Pengamatan pada koloni hewan yang menjadi mangsa (prey) pada rantai makanan menunjukkan bahwa keberadaan kawanan adalah bagian dari proses perlindungan yang antara lain didapatkan dari "mengorbankan" kawan sesama kawanan dan mengubah probabilitas termangsa antara lain dengan mengubah kuantitas populasi.

 

Maka lahirlah teori domain of danger dan aturan2 yang menjadi syarat perilaku kawanan seperti nearest neighbor rule dll.

Pada tingkatan interaksi sosial konsep perekat dalam hal ini mungkin adalah sikap simpati dan empati yang sesungguhnya

 

berangkat dari "selfish" yang bersifat inward looking dalam pengertian saat seorang manusia bersifat altruistik, ia sesungguhnya tengah menegasikan suatu tekanan pada sistem sosial cerdas tertutup bahwa nilai inilah yang semestinya diberlakukan secara proaktif pada semua anggota kelompok.

 

Dalam konsep DoD (domain of danger) posisi di tengah kerumunan adalah posisi paling "aman".

Maka dalam komunitas sosial yang mengembangkan azas tata kelola bersifat autopoietik menjadi "rata-rata" adalah cara paling aman untuk mempertahankan eksistensi.

 

Untuk itu dikembangkan lagi azas resiprositi dalam ranah psikologi prsuatif, yaitu bagaimana membuat orang merasa tidak nyaman jika merasa tidak berkontribusi atau tidak selaras dengan nilai2 acuan kelompok.

Maka lahirlah peer pressure dan pranata sosial yang kelak akan menjadi embrio budaya.

 

Ternyata konsep dissipation driven adaptation dari Jeremy England, Chaos dari Lorentz, Self Organizing Theory Per Bak, serta Selfish Herd Theory nya Hamilton menunjukkan hal yang sama, eksistensi.

 

Rupanya takdir setiap elemen yang hadir di semesta ini adalah untuk "mempertahankan" kehadirannya lewat berbagai cara adaptasi, 

khususnya yang terkait dengan preservasi energi (entropi dan termodinamika). Mungkin ini yang disebut dalam kitab suci bahwa baik jin maupun manusia

(representasi makhluk lintas dimensi--> jin dan manusia) diciptakan semata untuk beribadah.

 

Mensyukuri eksistensi dengan bernas dan cerdas. Berusaha, bekerja (memanfaatkan energi), dan berpikir untuk beradaptasi dengan ujian serta mencari solusi bagi setiap kesulitan.

 

Maka di penghujung sebuah kesulitan terdapat kemudahan dan secara siklikal kita akan terus mendapatkan tantangan untuk memecahkan masalah dan kesulitan sebagai konsekuensi dikaruniainya pikiran.

 

Implikasi dari pemahaman soal eksistensi, adaptasi, dan efisiensi/optimasi ini dapat menjadi acuan untuk "mengendalikan" dan mengelola perilaku kerumunan yang saat ini banyak dipengaruhi arus informasi melalui media sosial.

 

Pengertian yang komprehensif tentang domain of danger dan nearest neighbor rule serta adopsi konsep _dissipation driven adaptation dan self organizing theory

yang menisbatkan setiap proses cerdas sebagai bentuk kongkret menjaga eksistensi (baca: mensyukuri keberadaan), bahkan integrasi konsep tersebut dapat mendorong evolusi dan mutasi

 

adaptif baik dalam ranah sosiologis maupun biologis, menjadi modal dasar dalam proses mengelola persoalan "kawanan" yang dalam hal ini bisa saja dalam bentuk kelompok masyarakat, bahkan sebuah negara.

 

Sederhananya begini, jika saat ini ada perilaku khusus dari sebuah kelompok, maka dapat diidentifikasi apakah sesungguhnya yang "ditakuti" dan diyakini sebagai faktor yang mengancam eksistensi ? Siapakah "predator"nya ? Seperti apakah model "domain of danger" nya ?

 

 

 

 

Pola atau "rule" apakah yang menjadi acuan dalam mekanisme "keegoisan" bersama yang dijalankan. Jika semua variabel dan faktor ini dapat terpetakan

maka akan banyak masalah sosial seperti kecemasan massal akibat hoax dan informasi asimetrik akan dapat ditangkal dan dicarikan solusi.

INDAS.ID

Indas adalah portal tempat bertemunya civitas akademika dan umum dalam lingkup yang lebih luas (global), sehingga batasan waktu, ruang dan jarak tidak lagi menjadi hambatan  dalam mengembangkan potensi  dan menyatukan visi serta misi menuju era keterbukaan. Indas akan memberikan kendali kepada anda secara langsung dalam menentukan tujuan masa depan.

Icon
BERGABUNG DENGAN INDAS.ID

Berkembang bersama Indas.id serta memiliki kesempatan yg tidak terbatas adalah keuntungan yg akan anda miliki apabila bergabung. 

INDAS.ID

Portal Website ini dikelola dan dioperasikan oleh PT. Gilang Candrakusuma. Kebijakan Privasi ini menetapkan cara melindungi dan menggunakan
informasi yang Anda berikan ketika menggunakan layanan situs ini.

KANTOR INDAS

Kantor Pusat:

Grha Cakrawala 2nd Floor

Jl. Pemuda No. 72-73 D-E Jakarta 13220 Indonesia.

Telephone :

021-22474247

021-22474274

Facsimile :

021-4890022

Temukan dan ikuti Kami disini