indas
indas

MASUKKAN NAMA PERGURUAN TINGGI ATAU NAMA KOTA

Air, Limbah, dan Masa Depan Manusia
Artikel
Air, Limbah, dan Masa Depan Manusia
Jumat, 09 Maret 2018 17:02 WIB

Beberapa waktu berselang kita dikejutkan dengan sebuah video underwater yang dibuat oleh Rich Horner seorang ekspatriat dari UK yang tinggal di Bali. Lokasi pengambilan video adalah Manta Point di perairan Nusa Penida. Yang mengejutkan bukanlah pesona keindahan bawah airnya, melainkan begitu banyaknya limbah berupa sampah plastik yang seolah "mengepung" sang penyelam di bawah air. Luar biasa.

 

Sebagaimana video viral lainnya tentang limbah dan sampah di sungai Citarum yang dibuat oleh Benchegib bersaudara, warga negara asing asal Perancis, video Rich juga mengguncang kesadaran kita dan menimbulkan efek mengerikan jika melihatnya sebagai sebuah kenyataan yang akan berkonsekuensi negatif di masa kini dan masa depan. Limbah yang tak terurai dalam ratusan bahkan ribuan tahun ini akan menjadi masalah laten baru yang mengancam peradaban manusia.

 

Di Jurnal Science Dec 2015 ada artikel Dr. Jenna Jambeck dari Georgia University yang menyebutkan bahwa Indonesia adalah juara 2 dunia dalam menyumbang sampah plastik ke laut. Pertahun antara 0.48 s/d 1.29 juta ton sampah plastik masuk ke laut Indonesia. Luar biasa. Jika teknologi plastik ini sudah berusia sekitar 1 abad dan perkembangan masif terjadi dalam 3 dekade terakhir, silahkan dihitung berapa volumenya yang sudah mencemari laut ?

 

Demikian pula dampak ekologis yang sudah terjadi tentu akan berkonsekuensi berat. Sebagai contoh, partikel nano dan mikro plastik sudah terdeteksi terdapat di jaringan tubuh biota laut seperti ikan dan keluarga crustacea.

 

Tetapi memang alam memiliki cara untuk membangun keseimbangan (homeostasis), saat ini pun diketahui bahwa terjadi perkembangan populasi bakteri laut pengurai plastik. Terlepas dari itu tentu kita memerlukan langkah strategis yang bernas dan cerdas untuk segera menghasilkan solusi secara berkesinambungan terhadap kerusakan lingkungan.

 

Keuntungan ekonomi dalam sebuah mekanisme berbasis pasar yang memerlukan keberlanjutan sebenarnya dapat menjadi pintu masuk perbaikan sistem yang menjamin kepentingan bersama dalam jangka panjang. Kontribusi industri melalui produk-produknya yang bernilai ekonomi tak dapat dipungkiri termasuk variabel utama dalam proses degradasi kualitas lingkungan.

 

Dari segi korporasi penyumbang produk yg menjadi sampah plastik, tak urung  perusahaan multi nasional seperti Unilever dan Indofood serta produk-produk kemasan seperti  Teh Gelas tercatat sebagai pencemar plastik utama di 5 kota besar Indonesia (infografis Kumparan). Produk pencemar plastik tidak bermerek mencapai 75%, termasuk di dalamnya tentu kantong keresek belanjaan yang sampai saat ini masih menjadi bagian tak terpisahkan dari industri retail.

 

Ironisnya kebijakan menjual kantong plastik pada konsumen agar konsumen "berhemat" dalam konsumsi plastik justru ditentang oleh asosiasi industri retail sendiri. Hingga kini dapat disaksikan, di hampir setiap selokan, got, tanah kosong, sampai TPA resmi, jenis limbah plastik inilah yang mendominasi. Konsekuensi logis dari penciptaan bisnis yang berkesinambungan adalah menjaga keberadaan stake holder, yang antara lain dapat dilakukan dengan menjaga "media" dimana konsumen dan produsen dapat terus melakukan interaksi, baik itu dalam bentuk proses produksi, transaksi, ataupun penerapan azas saling memberikan manfaat yang bersifat simbiosis mutualisma.

 

Dengan demikian  atas dasar upaya mengedepankan d kepentingan bersama  yang berkesinambungan sampai  ke masa depan perlu diberlakukan sistem  transaksi sosial berbasis dasar moral Samaritan yang tulus dalam memikirkan d kepentingan bersama ummat manusia. Logikanya sistem persampahan dan produsen harus diatur oleh regulasi yg bertujuan utk keselamatan bersama secara berkesinambungan.

 

Sebagai bentuk punishment bagi produsen produk tak ramah lingkungan bisa saja dikenai PPN lingkungan atau "pajak hijau" atau terkena kewajiban CSR dgn koefisien besaran yg lebih tinggi karena produknya merupakan kontributor kerusakan lingkungan. Untuk pembuang sampah sembarangan sebaiknya jangan hanya denda finansial, tetapi juga ada hukuman legal sosial memanfaatkan single ID berupa e-KTP yg merupakan data dasar kependudukan.

 

Mereka akan sulit membuat IMB, SIUP, atau paspor. Atau kena pajak progresif di PBB dan pajak kendaraannya sebagai bagian dari proses edukasi bahwa menjaga lingkungan itu investasi. Atau program Comdev dari CSR (corporate sosial responsibilities) nyaarahkan ke pembangunan fasilitas pengolah limbah mikro seperti unit pirolisis di setiap kelurahan.

 

Di India yg secara pendidikan serta pendapatan sebenarnya lebih rendah dari Indonesia saja, dengan aturan yg ketat dan law enforcement yg konsisten telah terbangun budaya di tingkat retail utk tidak gunakan tas plastik. Hanya bahan daur ulang yg bisa digunakan utk wadah belanjaan.
Tetapi terlepas dari persoalan regulasi dan pertanggungjawaban sosial, tak dapat dipungkiri bahwa limbah adalah konsekuensi paling logis dari sebuah proses yang bernama konsumsi. Proses dan mekanisme serta sistem produksi tak bisa dilepaskan dari motif pemenuhan kebutuhan.

 

Mayoritas limbah kemasan tak dapat disangkal adalah bagian dari rantai makanan yang memang merupakan kebutuhan utama manusia untuk bertahan dalam kehidupan. Ternyata bukan hanya kemasannya saja yang menimbulkan persoalan, jenis makanan dan bahan pangan serta cara mendapatkannya pun adalah bagian dari persoalan. Siapa yang tak tahu efek gas rumah kaca ?

 

Salah satu kontributor terbesar dalam hal degradasi daya dukung lingkungan adalah upaya manusia memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kita sudah tahu bahwa peternakan adalah penyumbang terbesar gas rumah kaca dan perikanan mengubah keseimbangan rantai makanan di ekosistem laut, semua pasti ada konsekuensi dan resikonya.

 

Pertanian dgn pola domestikasi yg homogen juga mengubah jutaan hektar lahan dgn keanekaan diversitas menjadi bioma baru yg miskin keragaman. Maka diperlukan inovasi revolusioner agar didapatkan kesetimbangan baru dan ramalan Malthus tidak menjadi kenyataan. Salah satu terobosan dalam pemenuhan nutrisi berbasis protein hewani bersumber dari biota laut telah dapat dilakukan oleh https://www.finlessfoods.com/about melalui penggunaan aplikasi bioteknologi yang tepat guna.

 

Ini selangkah lagi sebelum kita bisa memproduksi nanofood yang lebih ramah lingkungan, sekaligus juga ramah syaraf alias bisa tetap gurih, sehat, dan memenuhi hasrat organoleptik. Sementara untuk mensubstitusi kebutuhan protein hewani bersumber dari peternakan baik unggas maupun mamalia seperti sapi dan domba, telah mulai diperkenalkan juga daging kultur yg secara teori sih bisa kita atur kandungan gizinya.

 

Misal tinggi protein rendah lemak dll. Bisa saja dibuat menyerupai daging Wagyu sapi Kobe atau daging burung Punai yg lezat, dll. Inovasi ini sudah mulai berjalan dan sekali lagi mengingatkan kita bahwa ke depan adalah saat nya mengembalikan fungsi alam dengan berbagai keragaman yang saling berinteraksi di dalamnya. Untuk bakso dan burger biotek bisa dilihat di http://www.memphismeats.com/media

 

Sementara untuk tanaman pangan baik yg tergolong serealia atau bebijian sumber karbohidrat dan tanaman holtikultura penting seperti buah2an dapat dipertimbangkan menciptakan Bioma pertanian hutan tani. Dimana konsep verticulture tidak dibuat dgn material artifisial melainkan memanfaatkan tanaman keras. Jamur harus mulai dipikirkan sebagai sumber nutrisi yang sangat penting. Karena sifat oportunistiknya pasti bagian dari Sunatullah yang punya fungsi khusus jika kita pelajari. Sebagaimana termaktub dalam Quran surat Al-An'ām : 95

 

إِنَّ اللَّهَ فَالِقُ الْحَبِّ وَالنَّوَىٰ ۖ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَمُخْرِجُ الْمَيِّتِ مِنَ الْحَيِّ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ تُؤْفَكُونَ

 

Sungguh, Allah yang menumbuhkan butir (padi-padian) dan biji (kurma). Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Itulah (kekuasaan) Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?

 

Tajuk pepohonan keras akan menjadi pelindung alami bagi pertanian jamur e.g plerotus sp dan akar dari pepohonan tersebut akan menjadi bagian dari infrastruktur siklus hidrologi yang dapat menyerap air permukaan hingga mengurangi  koefisien run off dan menjamin ketersediaan cadangan air tanah. Biodiversitas akan terjaga dan rantai makanan akan kembali berputar.

 

Demikian sekelumit tulisan dan opini pribadi tentang hubungan manusia, limbah, dan lingkungan. Untuk melengkapi artikel ini, silahkan baca file pdf terlampir tentang usulan pengelolaan limbah di daerah aliran sungai yang dapat menjadi model untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar.

INDAS.ID

Indas adalah portal tempat bertemunya civitas akademika dan umum dalam lingkup yang lebih luas (global), sehingga batasan waktu, ruang dan jarak tidak lagi menjadi hambatan  dalam mengembangkan potensi  dan menyatukan visi serta misi menuju era keterbukaan. Indas akan memberikan kendali kepada anda secara langsung dalam menentukan tujuan masa depan.

Icon
BERGABUNG DENGAN INDAS.ID

Berkembang bersama Indas.id serta memiliki kesempatan yg tidak terbatas adalah keuntungan yg akan anda miliki apabila bergabung. 

INDAS.ID

Portal Website ini dikelola dan dioperasikan oleh PT. Gilang Candrakusuma. Kebijakan Privasi ini menetapkan cara melindungi dan menggunakan
informasi yang Anda berikan ketika menggunakan layanan situs ini.

KANTOR INDAS

Kantor Pusat:

Grha Cakrawala 2nd Floor

Jl. Pemuda No. 72-73 D-E Jakarta 13220 Indonesia.

Telephone :

021-22474247

021-22474274

Facsimile :

021-4890022

Temukan dan ikuti Kami disini